DEDI SI PELAKU TABRAK LARI PART 2

Desember 06, 2018
"Kuuukkk..uu..k ..ukk". Ayam jago Ibu berkokok lemas.
Ibu sangat khawatir dengan keadaan ayam kesayangannya. Ibu sedang emosi sampai malas berdiskusi lagi dengan bapak yang dianggap tidak punya persaaan. Ibu berusaha semampunya menangani ayam kesayangannya. Ibu masuk kerumah mengambil betadin dan kasa. Darah yang keluar dan kotoran yang menempel di badan si ayam ditangani ibu bak perawat profesional. Kaki ayam di bebat agar darah segar berhenti mengalir keluar. Tubuh ayam yang penuh debu dilap dengan kain yang sudah dibasahi dengan air hangat.


Dedi : "Ngapain sih Bu? kok dari tadi kesana kesini sok sibuk banget? tanya Dedi yang memarkir sepeda tak jauh dari kandang ayam.
Ibu : "Ini lho si bangkok sekarat". Timpal ibu sekenanya
Dedi : " Kok dimandiin to bu ayamnya? kayak bayi aja. Nanti masuk angin lho!" Dedi menyahut asal sambil mengamati slebor sepedanya yang agak miring. 
Ibu : "Mandi sana! dah hampir magrib". Sahut Ibu yang tambah emosi mendengar seloroh Dedi. Ibu tidak ingin mendengar komentar Dedi lagi yang terasa pedas ditelinga.
Dedi : "Belum ada jam 5 kok", Karang Dedi.
Ibu : "Kamu nggak tahu ya kalau si bangkok luka parah? untung ditemuin Mbak Nur di kebunnya pakde Waridi". Jelas ibu masih sambil menahan emosi. Dedi mulai teringat kejadian ketika sedang bermain balap sepeda. Kebu pakdhe Waridi yang sangat luas dan banyak pohon besar memang lokasi favorit anak-anak kampung untuk bermain. Ayam jago yang ditabraknya sempat terpental dan Dedi sendiri hampir jatuh saking kencangnya sepeda. Sekilas melihat ayam yang dibaraknya seperti ayam ibu. Pelan-pelan Dedi meninggalkan sepedanya dan segera mandi sore. Dedi sadar ayam yang ditabraknya adalah ayam sekarat yang sedang ditunggui Ibu dikandangnya. 

Waktu makan malam tiba tetapi meja makan masih kosong. Kakak-kakak Dedi mulai ribut dan bertanya-tanya. Tidak biasanya meja makan kosong melompong cuma ada setoples krupuk dan kecap saos. Candra sudah habis 5 kerupuk yang dimakannya dengan saos tomat. Ayah dan Dedi yang tahu situasi menunggu diam kalem di depan TV. Ibu tidak kelihatan di kamarnya maupun dikamar mandi. Aji putra sulungnya mencari-cari keberadaan Ibu disetiap ruangan.
Bapak : " Bayu, kamu bikin nasi goreng ya!" Perintah bapak.
Bayu : "Shappp". Bayu siap beraksi dengan kreatifitasnya. Kata Ibu intinya masakan itu yang penting  dibumbui bawang sama garam. Mulailah Bayu melakukan uji coba. Bayu dianugrahi tangan yang cocok untuk memasak karena setiap masakan yang dimasaknya selalu enak. Kali ini Bayu bak pahlawan hingga dipuji-puji Candra dan dedi yang sudah kelaparan. Candra dan Dedi mengerubuti Bayu yang sedang memasak takut tidak kebagian nasi gorang. Melihat saudara-saudaranya bagai musafir yang sudah tidak makan berhari-hari, Bayu langsung membagi nasi goreng ke dalam 6 piring sedadil mungkin. Ibu makannya sedikit, Dedi dan Candra paling banyak, Bayu, Aji, dan Bapak porsi normal tetapi tetap banyak.

Aji membujuk ibu untuk istirahat makan dulu karena sudah jam makan malam dan pasti Bayu sudah memasak. Aji menggandeng paksa Ibu agar sejenak meninggalkan ayamnya dan makan malam bersama seperti biasanya.
Bapak : "Bu, ayo makan dulu!" Ajak bapak begitu melihat Ibu yang sedikit ditarik-tarik Aji karena seperti tidak berminat masuk rumah. Aji yang bertubuh jangkung memeluk badan ibu yang pendek. Tangannya yang panjang membuat ibu tidak dapat memberontak.
Ibu : "Aku nggak lapar pak"! Jawab ibu sekenanya sambil masuk ke kamar setelah Aji sedikit mengendorkan pegannya.
Dedi : "Hore... punya ibu kumakan ya?" Sorak Dedi tanpa dosa disambut jitakan kakak-kakaknya yang melayang dikepalanya.

Bayu kali ini yang mendapat tugas membujuk ibu karena yang lain sudah pasrah. Bayu mendekati ibu sambil membawa sekotak bakpia ubi kesukaan ibu. Bayu pura-pura bertanya cara membuat terong balado agar ibu teralihakn dari ayamnya. Ibu dan Bayu mengobrol sambil makan sekotak bakpia yang baru saja dibeli Aji diwarung Cicik. Nasi goreng dipiring ibu sudah habis dilahap Dedi sehingga harus ada makanan pengganti kesukaan Ibu yaitu bakpia ubi ungu. Bau bakpia harum dan masih hangat karena baru saja dimasak.

Ibu ;" Yu, anterin ibu ke kandang".
Bayu : "Ngapain bu malem-malem begini kok ke kandang?" tanya Bayu pura-pura tidak tahu menahu.
Ibu :"Sudah ayo, Ibu mau melihat keadaan si Bangkok yang hampir sekarat" Berdiri sambil mengambil paracetamol dan tempat air diikuti Bayu di sampingnya.
Ibu dan Bayu menuju kandang di samping belakang garasi. Mereka berjalan mengendap-endap agar ayam yang lain tidak terbangun dan kaget.
"Brakk..!" Bayu yang tidak mengenal kandang ayam ibu yang dalam kondisi gelap karena malam rupanya menabrak bambu yang lalu menjatuhi ayam-ayam yang sedang tidur di atas bambu-bambu lain yang disusun saling melintang. Sontak saja ayam-ayam ibu kaget terbangun dan terbang-terbang berlarian keluar kandang menabrak-nabrak Bayu yang berperawakan cukup besar dan tinggi.

"kokkk.. kokkk. kokkkkkkkk.kok.kok.kokk  petok petokkk tokk petokk kokok kok kookkokokk" Ramai sekali suara ayam yang kaget
Bayu :"Gimana ini bu? tanya Bayu yang tak kalah kaget disambar-sambar ayam terbang.
Ibu : " Sudah biarin aja, Ibu Mau melihat si Bangkok yang ada dikurungan itu". Tunjuk Ibu dengan mengarahkan lampu senter yang dibawanya.
Bayu:" Mau diapakan ayamnya Bu? tanya Bayu
Ibu :" Mau ibu obati", Jawab ibu sambil menyerahkan senter yang dibawanya kepada Bayu.
Ibu mencuil paracetamol menjadi empat bagian. Seperempat bagiannya ibu larutkan di sendok kecil lalu meminumkannya ke si Bangkok. Bayu hanya mengamati ibu dan menuruti semua yang diperintahkan ibu. Ibu sudah sangat putus asa. Ibu berharap sekali ayamnya akan mebaik keesokan harinya setealh diberi obat.

Ibu : "Cepet pulih ya kok" kata ibu pada si bangkok sebelum meninggalkannya di dalam kurungan.
Bayu : " Sudah bu? ayo masuk ke rumah sudah makin larut" ajak Bayu yang melihat ibu tidak segera beranjak dari depan kandang.
Ibu : "Ya, ayo, Ibu mau istirahat pusing". Sahut ibu yang memang pusing mikirin ayam bangkok kesayangannya.
Ibu langsung masuk ke kamar setelah meminum paracetamol sisa ayamnya. Bayu seketika dikerubutin saudara-saudaranya pensaran apa yang terjadi. Rambut dan pakainan Bayu acak-acakan dan kotor. Dedi yang sudah mengetahui dosanya hanya mengintip dari jauh di balik pintu kamarnya. Sangat cemas melihat keadaan Bayu yang terlihat kumal jangan-jangan dipukul ibu.

Setelah subuh, Ibu mengajak Bapak ke kandang. Kepala ayam ibu sudah lemas di tanah dan tidak bergerak. Sempat berkokok lemas Bapak segera menyadarkan Ibu bahwa ayamnya sudah pasti akan segera mati. Akhirnya ibu merelakan ayamnya untuk di sembelih. Ibu yang masih shock hanya memandangi ayamnya yang kini bulunya sedang dicabuti Bapak siap dimasak. Bapak sudah memprediksi ayam Ibu akan mati sehingga sudah mengasah pisau dan sebelum subuh sudah merebus air untuk memudahkan bulu ayam dicabuti. Sejak semalam Aji juga sudah diperintahkan Bapak untuk membeli ayam sebagai pengganti ayam ibu. Aji memesan ayam dari temannya si Budi yang orang tuanya berjualan ayam dan minta diantar kerumah sepagi mungkin supaya suasana hati ibu segera membaik.

Budi : "Assalamu'alaikum"! sapa Budi pada Aji yang sudah menanti di depan rumah.
Aji : "Walaikumsalam, kamu sudah kutunggu-tunggu Bud" Balas Aji dengan senyum sumringah sangat berharap suasana hati Ibunya segera membaik.
Budi : "Ji, ini ayamnya dapat 4 harganya cuma Rp 18.000,- cuma buat kamu" Kata Budi dengan bangganya berhasil menjual ayamnya sendiri.
Aji: "Ayamnya kok kecil-kecil to Bud?" Kaget melihat ayam kecil warna-warni yang di bawa temannya.
Budi : "Lha memangnya kamu mau beli yang besar? Kamu bilang mau beli ayamku? Ayamku ya kecil-kecil ini? Kalau ayam yang besar juga ada aku tinggal bilang bapakku". Setengah kecewa melihat reaksi Aji yang seperti tidak mengharapkan ayamnya.
Aji :" Ya sudah tidak apa-apa, nanti juga bisa besar". Sahutnya cepat setelah melihat Budi yang agak murung. Toh tidak mungkin membawa ayamnya ikut berangkat ke sekolah.









Previous
Next Post »

18 komentar

  1. Wkwkwk... Dedi oh Dedi...
    Cayoo Mbak Airin.. Seperti biasa.. Ciamik ceritanya.. :)

    BalasHapus
  2. Wkwkwk... Dedi oh Dedi...
    Cayoo Mbak Airin.. Seperti biasa.. Ciamik ceritanya.. :)

    BalasHapus
  3. Ceritanya menarik, Kak. Semoga ke depannya bisa lebih memperhatikan tata cara penulisan yang baik dan benar. PEUBI dan KBBI adalah dua kitab wajib yang harus rajin-rajin dipelajari setiap penulis, termasuk blogger.

    https://www.ceritamaria.com

    BalasHapus
  4. Sabar yaaa ... Nanti ayamnya juga besar... Hihihi😁

    BalasHapus
  5. Ka Airin, saya membaca cerbung Dedi, seolah-olah mbak langsung menuturkannya di depan saya. Komunikatif .... ditunggu ya mbak kelanjutannnya

    BalasHapus
  6. SAlfok sama anak ayam yang warna-warni..unyu begitu kwkwkw
    Dan suka dengan ceritanya! Berlanjut enggak nih kisah ayamnya :D

    BalasHapus
  7. Jadi ingat cerita sebelumnya, ada Ayam di meja makan yang ternyata ayam kesayangan ibu yang ditabrak Dedi

    BalasHapus
  8. Akhirnya, ayamnya harus berakhir juga. Sayang banget kalau sampai mati, mendingan disembelih saja

    BalasHapus
  9. Jadi ingat alm.nenek yang selalu sedih jika ayam peliharaannya di sembelih saat lebaran. Sedangkan cucunya kesenangan karena bisa menikmati opor ayam..cucu durhako ��

    BalasHapus
  10. Si Dedi nya sih lempeng-lempeng aja ye ga ngerasa bersalah.. 😂

    BalasHapus
  11. Gara-gara Dedi.. hahaha.. ayam penggantinya berwarna siapa tahu malah Ibunya suka tuh hahaha..next episode ya Mbak, tentang ayam yang itu..

    BalasHapus
  12. wah menarik ni ceritanya :)
    ditunggu next episode nya.
    https://helloinez.com

    BalasHapus
  13. Itu foto anak ayam warna-warni bikin gemeesshh... tapi penasaran sama cerita-cerita lanjutannya.

    BalasHapus
  14. Jadi inget temen saya anti makan ayam, gara-gara waktu kecil ayam peliharaannya disembelih ibunya. Nah, apakah ibu juga akan anti makan ayam? Gara-gara si Bangkok kesayangan Ibu juga terpaksa disembelih.

    Ditunggu cerita lanjutannya, cara berceritanya aku suka, karena sangat real dan dekat dengan kehidupan sehari-hari

    BalasHapus
  15. Anak ayam warna-warni bikin ketawa. Ngebayangin jaman dulu pernah piara mereka. Hehe

    BalasHapus
  16. Aku malah ketawa liat gambar ayam warna warni itu. Lucu. Inget kemarin ke pasar pagi di Punclut Bandung, masih ada loh yang jual ayam itu. Setuju sama Kak Maria, diperiksa lagi cara penulisan dialog ya Mba Airin, biar dibacanya juga enak. Semangaatt

    BalasHapus
  17. Dedi datar-datar aja masih sikapnya ya...ampuun deh, tertekan perasaan bersalah yang teramat kayanyaa....

    BalasHapus
  18. Kasian ibu ayamnya jadi harus di potong.. eh dedinya malah sibuk makan nasi goreng ibu.. hahaha..

    BalasHapus