DEDI SI PELAKU TABRAK LARI

November 12, 2018 23 Comments
Dedi dan keluarganya membiasakan untuk sarapan dan makan malam bersama. Mereka duduk di ruang makan dengan meja kayu berbentuk persegi panjang. Bapak dan ibu Dedi selalu duduk di ujung meja saling berhadapan. Keempat anaknya duduk berhadap-hadapan dua-dua. Dedi si bungsu selalu duduk di dekat Ibu. Dedi sudah mau naik kelas tiga SD tetapi untuk makan masih selalu minta diambilkan Ibu. Usianya masih 9 tahun tetapi porsi makannya sudah seperti kakak-kakaknya yang sudah bujang. Ibu selalu makan paling sedikit saat di meja makan. Ibu sudah kenyang melihat 5 lelaki di rumahnya makan dengan banyak dan lahap.


Ibu berperawakan gemuk dan pendek. Tinggi ibu seolah-olah hanya separuh tinggi badan Aji putra sulungnya yang sudah kelas 2 SMA. Porsi makan ibu sebenarnya tidak banyak tetapi hobi ngemil macam-macam makanan. Wanita seperti Ibu bahkan wanita yang jauh lebih muda lainnya merasa meski hanya dengan minum air putih saja beratnya bisa naik. Semakin bertambah usia, seseorang akan mendekati berat badan idealnya meski makan dengan porsi sedikit. Meski bentuk badan seseorang terlihat kecil, semakin bertambah usia massa tulangnya juga akan semakin berat. Jadi seharusnya jangan terlalu mempermasalahkan berat badan yang penting sehat dan posturnya bagus serta terihat bugar.

Lauk makan malam hari ini adalah ayam kampung bumbu. Tadi pagi Bapak menyembelih ayam jago bangkok kesayangan ibu. Ayam ini berwarna merah, bercengger, sedikit ubanan di kepalanya. Kokoknya keras dapat membangunkan orang  sekampung serta memiliki postur besar dan gagah. Ibu menyebutnya ayam jago terganteng sekampungnya. Ayam jago ini  sangat penting bagi ibu karena pintar membuat ayam-ayam betina ibu sering bertelur. Ayam ini ditabrak Dedi dengan sepeda kemarin sore. Dedi naik sepeda kebut-kebutan dengan temannya si Budi. Mereka sedang balap sepeda melintasi kebun-kebun yang penuh pohon-pohon dan jalan berkelok-kelok tanpa melihat ada ayam Ibu yang sedang berjalan-jalan manja diikuti beberapa ayam betina. Saking kencangnya tabrakan, Dedi hampir terjatuh dan rupanya ayam itu sampai tidak bisa jalan. Dedi tidak memperdulikannya masih sambil melaju kencang. Mbak Nurlah yang menemukan ayam naas itu. Dia mendengar suara kokok-kokok ayam dibelakang rumahnya tanpa henti. Dia mengenali ayam jago itu dengan baik lalu berteriak-teriak memanggil Ibu Dedi. Ibu Dedi sangat terpukul melihat ayam jago kesayangannya sudah tidak berdaya. Ayam itu berdarah dan sudah tidak dapat beridiri.

Ibu : "Pak, si bangkok hampir mati". (Ibu membopong ayam kesayangannya mendekati bapak yang sedang bersantai di teras).
Bapak : "Kenapa bu?" (Bapak mencermati kondisi ayam ibu)
Ibu : "Sepertinya digebukin orang, kasihan ya pak ayam kita" (dengan rasa sedih meletakkan ayamnya di teras sambil memberi minum)
Bapak : "Kita sembelih saja ya bu ayamnya sudah parah seperti itu?"
Ibu : "Kok disembelih to pak? kurawat dulu" (Ibu agak kesal mendengar jawaban bapak yang tidak berperasaan lalu pergi ke kandang, memasukkan ayamnya ke dalam kurungan sambil memberi makanan berharap ayamnya segera pulih).


bersambung...