TAKUT KULIT GOSONG KARENA KE PANTAI SESUNGGUHNYA MENUNDA KEBAHAGIAAN

September 14, 2019 20 Comments
 TAKUT KULIT GOSONG KARENA KE PANTAI
SESUNGGUHNYA MENUNDA KEBAHAGIAAN
Akhir pekan ini gue berencana jalan-jalan ke pantai Sangiang di Banten. So, semua tugas kuliah harus gue kelarin. Baju-baju gue masukin binatu. Bersih-bersih kamar juga tentunya. Perlengkapan jalan-jalan dan kebutuhan hidup gue cek bener-bener supaya perjalanan gue sempurna. Maklum habis jalan-jalan biasanya gue mesti hibernasi berhari-hari buat ngilangin capek. Jadi semuanya harus dikondisikan supaya hibernasi gue nyaman dan tidak ada gangguan. Gue jalan-jalannya nggak sendiri donk. Jones banget sih sendiri. Gue gabung dengan rombongan backpacker di Jakarta. Begitu mengklik link gabung secara otomatis kita akan masuk grup trip pulau Sangiang. Diantara kita belum saling kenal tetapi tidak masalah karena tujuannya supaya bisa jalan-jalan hemat yang ada temennya.
Penampilan gue yang paling penting dari semuanya. Absolutely, gue nggak takut gosong, cuma risih aja sama komentar netizen. Elo kok iteman sih, kulit lo kenapa? Habis berjemur Rin? Males deh urusan ma beginian. Ribetnya jadi cewek gini nih. Susah ya jadi tipe cewek populer. Padahal gue tomboy banget loh tapi sayangnya menjelang memasuki usia kuliah wajah gue menurut orang-orang itu berubah jadi wajah manja. Makanya temen-temen cowokpun ikutan bawel kalau wajah gue burem karena piknik atau pucet karena kurang piknik. Susahkan gue menghadapi netizen dan para fans.
Kamis ini gue ada kelas pagi dan sore. Siangnya gue bisa belanja dulu ke Detos (Depok Town Square). Detos ini merupakan salah satu swalayan favorit gue. Lokasinya dekat kampus, harganya cukup terjangkau dan pastinya semua yang gue butuhin ada. Detos dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari fakultas gue sekitar 10 -15 menit. Tas ransel sengaja gue kosongi supaya nanti bisa dipakai untuk membawa barang belanjaan. Gue berangkat kulaih naik bikun. Bikun adalah bus milik kamupus yang digunakan untuk memfasilitasi transportasi di area kampus. Semua bus berwarna kuning. Lama tunggu di halte sekitar 5-10 menit. Ukurannya sebesar bus pariwisata.
Kosmetik pertama gue adalah lipbalm kecil warna pink yang bisa dibeli di toko-toko. Itu juga gue beli atas searan seorang teman yang lihat bibir gue sering mengelupas saking keringnya. Sekarang sSunblock merupakan barang penting setiap gue jalan-jalan ke pantai.. Sebelumnya gue sama sekali tidak pernah tersentuh kosmetik tetapi setelah jalan-jalan, kulit gue pasti gosong dan terkadang mengelupas karena kepanasan. Lama-kelamaan gue makin item. Belang di kulit gue jelas banget. Gue mulai peduli dengan kulit gue karena tidak sanggup mendengar komentar netizen yang selalu rewel berkomentar
Wajah gue mulai gue rawat minimal cuci muka dengan facial wash anti jerawat karena setiap bulan gue pasti jerawatan. Kali ini gue mempersiapkan segala sesuatu untuk menjaga kesehatan kulit gue. Untuk wajah gue memebeli yang mengandung spf 30 dan untuk badan gue membeli online handbody dengan spf 50. Lipstik yang gue pakai juga yang waterproof. Deodoran dan parfum gue suka yang wangi bunga dan baunya awet. Jadi kalau gue habis masuk ke kamar mandi wangi gue masih ketinggalan.  Hidung gue senditif dengan bebau dan lagian gue g pede kalau sampai berkeringat banyak dan bau ketek,
Gue selalu menyiapkan tisu basah maupun tisu biasa. Tisu basah perlu dibawa barangkali nggak sempat mandi atau langka air. Tisu facial isi 200 lembar yang dapat digunakan sebagai pengganti kapas. Cukup dengan tisu facial dan toner gue bisa mbersihin wajah yang lengket terkena keringat dan debu tipis.
Peralatan mandi dan handuk kecil gue siapkan dalam satu tempat kecil terbuat dari plastik supaya kalau jatuh di tempat yang berair isinya tidak basah.. Peralatan mandi terkadang gue jadiin satu dengan tempat make up tetapi sepertinya bakalan di tempat terpencil yang mandinya nggak boleh lama-lama karena keterbatasan kamar mandi. Sabun cair gue bawa yang kemasan kecil. Pasta gigi dan sikat yang kemasan kecil juga.
Setiap jalan-jalan gue lebih suka membawa satu tas ransel dan satu tas pinggang dan topi supaya tidak kepanasan. Isi tas pinggang gue adalah segala sesuatu yang paling sering gue pakai. Isinya charger, power bank, gincu, sabun cair, tongsis, dan sebagainya. Gue memakai sepatu kets untuk memulai perjalanan. Sandal jepit gue bungkus platik tinggal diselipin di tas.
Baju sih pengennys bawa selemari tapi berat. Baju bawa secukupnya saja. Baju yang tipis dan mudah menyerap keringat cocok buat di pantai. Pakaian dalam jangan lupa. Satu set baju ganti gue gulung lalu diiket pakai karet kemudian dimasukkan ke dalam plastik. Pakaian yang mau dipakai paling terakhir, gue taroh paling bawah.
Makanan dan minuma bawa secukupnya. Minuman gue beli yang dalam bentuk botol supaya kalau habis bisa diidi lagi. Manana yang mengenyangkan seperti roti basah gue siapain karena gue punya penyakit magh. Cemilan yang bisa dimakan banyak orang bawa juga. Coklat atau permen gue bawa kalau-kalau rasa lapar melanda padahal belum jam makan.

Gue berangkat ke terminal kampung rambutan naik ojek online. Mepo (meeting point) untuk wilayah Jakarta selatan ke selatan adalah di terminal kampung rambutan. Dari terminal kampung rambutan kami akan menuju mepo utama di Cilegon. Sampai di terimal kampung rambutan terlihat beberapa kelompok orang yang sepertinya sedang menunggu bus. Gue sama sekali tidak tahu mana yang rombongan backpacker karena memang belum pernah bertatap muka sebelumnya. Sebagai seorang yang ramah, semua yang ada disekitar terminal lokasi gue salamin. Setelah berkenalan dan sedikit mengobrol, ternyata separo diantaranya bukan rombongan gue. Kocak.. Lain kali kalau mepo gini mestinya memakai dresscode atau semacamnya.
Kami sudah menunggu bus sekitar 30 menit tetapi belum ada tanda-tanda bus datang. Bang Fahmi salah satu rombonganku ingin pergi ke toilet terlebih dahulu. Kami cewek-cewek lalu mengikuti baNg fahmi. Gue sih nggak terlalu kebelet tetapi setiap kesempatan harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Iya khan? Lebih malu kalau harus minta berhenti diperjalan karena kebelet apalagi para kaum hawa. Selesai dari toilet, kami berfoto-foto terlebih dahulu sambil menunggu bus yang yang akan membawa kami ke Cilegon tiba.

Pukul 20.30 WIB ada bus yang berhenti tepat di depan kami. Om Hans salah satu anggota  rombongan mengkonfirmasi. Kami berbondong-bondong naik ke bus dengan penuh sukacita. Bus melaju ke Cilegon dengan lancar. Tas ransel diletakkan di bagasi atas tempat duduk. Tas pinggang, minuman dan coklat yang gue taroh bawah. Beberapa dari kami asyik mengobrol dan sebagian tidur. Gue termasuk tipe yang sulit tidur meskipun sudah berusaha memejamkan mata.
Dinginnya Ac dan udara malam membuat kulit wajah gue membeku. Bibir gue serasa akan mengelupas. Rasanya nih bibir pengen gue jilatin biar lembab. Untungnya di tas pinggang ada lipbalm dan gincu. Badan gue mulai menggigil. Tangan gue jadi pengen ada yang genggam saking dinginnya.


Bus seperti mulai melambat. Tak selang berapa lama bus masuk Kota Cilegon. Pukul 00.30 rombongan gue turun d depan KFC yang buka 24 jam. Habis makan-makan ke toilet dulu pakai gincu biar nggak pucet. Kami membeli makanan dan minuman sebelum berganti dengan angkot lokal untuk menuju masjid Cilegon. Pukul 01.00 rombongan satunya datang bergabung dengan rombongan gue untuk menuju masjid Cilegon bersama-sama. Di masjid Cilepon sudah ada rombongan ketiga. Di masjid Cilegon seluruh anggota sudah lengkap.
Pukul 02.00 kami rombongan lengkap menuju pelabuhan Paku anyer.  Sekitar 1 jam perjalanan kami sudah sampai pelabuhan paku. Kita kumpul di dermaga untuk istirahat dan sebisa mungkin tidur. Meski 100 meter dari masjid pelabuhan sudah pantai, udaranya lebih bersahabat karena justru hangat. Lebih baik daripada di Bus AC dari terminal kampung rambutan.
Beruntungnya jadi cewek adalah banyak cowok yang rela meminjamkan sleeping bag ke kita kaum hawa. Cowok-cowok sudah cukup tidur telentang tanpa alas. Gue langsung posisi tidur disamping Mbak Susi yang badannya gemuk berisi. Orang yang lemaknya banyak badannya lebih hangat dan bisa jadi bantal. Hahah…
Suara azan terdengar bersahutan menggema. Rasanya gue belum tidur sama sekali. Acara usai subuh adalah sarapan dan acara bebas. Meski masih pagi buta di pelabuhan ini sudah ada yang menjual nasi uduk. Lumayan buat ganjal perut. Kami tidak menyia-nyiakan momen matahari terbit. Kami berfoto-foto dan gue sempet mandi pagi donk supaya tampil cantik dan segar. Pakai sunblock dulu sebelum terpapar matahari.


Pukul 06.30 Kami berangkat menyeberang ke pulau Sangiang menggunakan dua perhu nelayan untuk mengangkut rombongan kami. Pukul 07.30 kami sudah sampai ke spot snorkling yang pertama. Sebelum snorkling gue memakai sunblock full body. Bang Fahmi dan yang lain meminta sunblock gue juga padahal mereka juga sudah memakai sunblock milik mereka sendiri.
Sudah lebih dari dua jam kami di spot snorkiling pertama. Lautnya jernih sampai dasarnya bisa kita lihat. Terumbu karangnya bagus. Ada ikan nemo kecil-kecil. Puas rasanya main air. Sebenarnya gue nggak bisa berenang. Untungnya ada pelampung dan ada Bang Fahmi yang bisa jadi pegangan. Kesel gue akhirnya dikerjain. Akhirnya gue pakai tenaga buat kembali ke kapal. Capek juga ya berenang sendiri meski ngambang. Airnya pasti asinlah. Air laut kalau kena mata pedih rasanya.


Kami berlayar kembali untuk menuju spot snorkling berikutnya. Jahanam ternyata sunblock gue tinggal dikit banget mana mahal. Alamat gosong lagi. Pukul 11.00 kami tiba di pulau sangiang. Gue dan mbak Susi sudah berencana untuk bisa mandi diurutan pertama. Begitu kapal merapat di pulau Sangiang, gue dan Mbak Susi langsung lari supaya bisa mandi duluan. Sayangnya gue lari dengan tangan kosong sehingga harus kembali ke kapal untuk mengambil barang bawaan gue.
Gue lompat dianatar kapal-kapal untuk mengambil tas gue. Sudah balik badan giliran jaket gue masih ketinggalan. Ogah balik gue suruh awak kapal buat ngelempar jaket ke arah gue. Kencengnya angin membuat arah lemparan jaket gue bergesar. Darrr… jatuh kelaut. Basah jaket gue. Abang-abang yang rupanya mengamati gue lari bolak-balik ketawa puas banget. Sialan… Pak nelayan ngasih usul supaya jaket gue dijemur di kapal saja. Dijamin aman katanya. Sadar dari kejauhan jaket gue dijadiin bendera. Duh.. Ide pak nelayan memang cemerlang.

Beruntung yang lain masih lebih milih cari makan dan minuman dulu. Gue bisa mandi pertama tetapi kamar mandinya kok tidak ada? Gue sampai ke sebuah masjid. Cuma ada kran buat wudhu. Tidak ada kamar mandi tertutup. Gue lihat sekeliling cuma pepohonan dan sepi. Mbak Susi nyuruh gue buat buru-buru mandi sebelum ada yang melihat. Astaga ini saran bagus atau menyesatkan? Bagaimana kalau tiba-tiba ada cowok dateng. Mbak susi nutupin gue pakai handuk besar. Gue langsung mandi kilat dan langsung memakai pakaiann yang gudah gue set sebelum perjalanan. Baju basah gue masukin ke plastik baju ganti gue.
Pas gue selesai mandi ada cowok dateng mau mandi juga. Sialnya ada bapak-bapak penduduk sekitar langsung melarang cowok itu untuk mandi. Mbak Susi milih ngeramasin rambut aja terus ganti baju. Di ujung selatan masjid rupaya ada sebuah kamar mandi. Ada bak tetapi tidak ada airnya. Kamar mandinya juga tidak berpintu. Dua cowok mondar-mandir sambil membawa air menuju kamar mandi. Rupanya mereka akan mandi bareng. Hiii.. Mereka memasang handuk besar sebagai pengganti pintu. Saat tertiup angin pantai yang memang kencang, handuknya tersibak-sibak. Cowok-cowok lain yang diluar sibuk menggoda kedua cowok itu.

Gue beristirahat di serambi masjid sambil berdandan. Bedak dan pensil alis gue ketinggalan. Gue nggak masalah nggak pakai bedak selama masih ada foundation spf 30. Pensil alis gue mesti cari pinjeman. Alis gue tipis dan dikit. Gue nggak pede kalau tanpa pensil alis. Selesai dandan, makan siang, dan sholat kita melanjutkan untuk trekking di goa kelelawar.
Kita berjalan membelah pulau menuju goa. Berjalan sekitar 30 menit makin lama tempatnya semakin gue. Gue harus semprot-semprot parfum dan memakai masker kalau udah gini. Rupanya di depan sudah pintu masuk goe kelelawar. Sesuai dengan namanya, disana banyak kelelawar dan bau kotoran kelelawar dimana-mana.
Sudah cukup di goa kiat langsung menyusuri pulau untuk menuju pantai pasir panjang. Pantainya seperti semenanjung bisa kita lihat dari atas pulau. Gue yang suka capek jalan sekarang gabung dengan Bang Eman yang sepertinya suhu jalan. Naik turun dataran pulau. Pukul 15.00 kami kembali ke titik kumpul dan sholat. Pukul 15.30 kami menuju ke dermaga untuk menyeberabng kembali ke pelabuhan Paku anyer. Jaket gue sudah dilipet rapi oleh pak nelayan. Hangat seperti habs disetrika. Pukul 16.30 kami tiba di pelabuhan paku anyer. Sekitar pukul 22.00 estimasi tiba di Jakarta.
Tangan gue belang sempurna dan wajah gue gelap tetapi gue bahagia. Gue punya tanaman pusaka buat mulihin kulit gue. Tanaman pusaka gue tentu aja lidah buaya. Bukan lidah mantan ya. Satu daun lidah biaya bisa buat ngolesin wajah dan tangan kaki gue. Sisanya gue pakai buat keramas dicampurin sampo. Besoknya siap ngampus lagi. Tetap syantik syalala..




ARDAFA HOMESTAY

September 01, 2019 Add Comment
ARDAFA HOMESTAY

WA:https://api.whatsapp.com/send?phone=6285729936162


https://www.google.com/maps/place/Ardafa+Homestay/@-7.6895331,110.4776633,17z/data=!3m1!4b1!4m5!3m4!1s0x2e7a5d5499577afd:0x2314b907690fdf4!8m2!3d-7.6895384!4d110.479852


10' utara candi prambanan 
10' timur UII Jalan Kaliurang

LOKASI 
ARDAFA HOMESTAY