KONDANGAN PERTAMA DEDI

September 20, 2018 36 Comments
Sepertinya agak riskan kalau nyeritain cinta di masa kecil Dedi. Kurang bisa di explore sesuka gue. Sekarang ganti pas Dedi dewasa saja. Baca Keluarga Dedi dulu ya biar paham tokoh-tokohnya.

Setiap Minggu pagi, Dedi selalu menonton film Doraemon kesayangannya. Film ini sudah dia totnton sejak SD hingga sekarang ketika Dedi sudah berumur 30 tahun. Candra yang akan pergi berkencan melempar bantal ke arah muka Dedi. Dedi sigap menghindar.
Dedi : "Nggak kena, Wekkk", (Dedi sumringah sambil menjulurkan lidahnya). Candra yang terburu-buru pergi tidak menanggapinya.
Candra lebih tua 3 tahun dari Dedi tetapi karena perawakan Dedi yang lebih besar, tinggi dan kekar, Candra lebih sering dikira adik Dedi. Penampilan Candra flamboyan, rapi, dan wangi. Candra terlihat manis dengan kumis di wajahnya. Dedi lebih suka memakai kaos oblong dan celana kolor. Mandi kalau mau pergi ke luar rumah. Di hari Minggu mandinya hanya sehari sekali. Hari biasapun kalau sudah malas dia tidak mandi. Alasannya sekarang baru musim hujan airnya dingin. Kalau musim kemarau alasannya hemat air.

Dengan tergopoh-gopoh Mbak Nur datang memanggil-manggil Ibunya Dedi. Rupanya dia lupa menyampaikan undangan untuk Bapak Dedi. Rupanya teman kuliah Bapak dulu akan menikahkan putrinya. Resepsinya hari ini jam 12.00-14.00. Bapak sedang jalan-jalan ke Borobudur bersama anggota keluruhan. Ibu menelefon Bapak menyampaikan tentang undangan pernikahan. Bapak menyuruh Ibu berangkat dengan Dedi. Ibu duduk mendekati dedi yang masih saja nonton TV sambil tiduran.
Ibu: " Ded, nanti siang anterin ibu kondangan ya?".
Dedi : " Males, ah Bu, mendung gini mending titip saja sama Mbak Nur".
Ibu : "Nitip gimana, Mbak Nur nggak diundang".
Dedi : "Sama Candra saja!"
Ibu : "Kalau Candra di rumah, Ibu nggak ngajak kamu". (sudah mulai kesal)
Dedi: Iya.. iya..
Ibu : "Mandi sana, keramas siapa tahu ketemu gadis-gadis cantik".
Dedi: "Iyaa" (dengan nada setengah hati Dedi menyanggupi padahal dalam hati, Dedi sepakat dengan Ibu, AHAAA...GADIS CANTIK).

Dedi meminjam setelan jas Aji, sepatu Bayu, dan memakai parfum Candra. Tak lupa memakai minyak rambut dan jam tangan milik Bapak. Dedi menunggu Ibu sambil mengelap motor bebek milik Bapak di teras rumah sambil bersiul-siul. Motor Dedi kawasaki klx tentu saja tidak cocok untuk dibawa ke kondangan. Mbak Nur yang sedang mengangkati jemuran menatap Dedi sambil terheran-heran. Dedi berubah wujud.
Mbak Nur :"Kamu kesurupan apa Ded?" tanpa dosa asal nyeletuk
Dedi :"Gimana sih Mbak? Mau ketemu gadis-gadis cantik dikondanganlah".
Mbak Nur:" Kalau penampilannmu seperti itu, bisa-bisa kamu dikira mempelai prianya".
Dedi :"Nggak usah terlalu berterus terang Mbak, aku memang ganteng".
Mbak Nur :"Hoeekkk". (Seolah muntah)".

Di tempat kondangan Dedi melihat gadis-gadis cantik sepertinya teman mempelai. Pernikahannya dengan pesta berdiri. Ibu berbaur dengan orang-orang yang dikenalnya. Dedi sibuk memakan segala macam hidangan yang ada. Setelah kekenyangan, Dedi menghampiri Ibu untuk diajak pulang. Diluar gedung ternyata hujan. Banyak tamu yang sedang berdiri di teras menunggu hujan reda atau jemputan dan sebagian memakai jas hujan. Ini sesuai perkiraan Dedi karena saat berangkat langit sudah gelap karena mendung. Ibu menunggu diambilkan jas hujan oleh Dedi di teras yang penuh orang tadi. Dedi mengambil motornya lalu berjalan ke dekat teras tempat ibu menunggu. Merasa Ibu sudah ada diboncengannya, Dedi segera melaju menuju rumahnya yang berjarak 30 menit perjalanan dari lokasi resepsi. Ditambah hujan perjalanan Dedi hampir memakan waktu 1 jam.

Sesampai di garasi, Dedi berhenti dan menyuruh ibu turun.
Dedi :"Bu, sudah sampai, lekas turun sepatuku sudah basah".
Ibu :"Lho ini rumah siapa Pa?" (menahan kaget, sambil turun dari motor)
Dedi :"Ya rumah kita to Bu!"
Dedi terkaget-kaget melihat sesosok wanita paruh baya jauh lebih muda dari ibunya. Masih cocok untuk dipacari Dedi. Wanita itu berambut ikal tergerai memakai kacamata berwarna ungu. Melihat penampilannya yang modis dan dandanannya yang cantik sepertinya dia istri orang berada. Tiba-tiba telefon Dedi dan wanita itu berdering bersamaan. Rupanya Ibu Dedi dibonceng suami wanita itu. Mereka tertukar tanpa saling menyadari sudah sampai rumah masing-masing. Dedi dan suami wanita itu sudah kelelahan dan basah karena hujan. Mereka memastikan untuk saling bertukar di warung dekat jembatan tengah-tengah jarak rumah mereka.

Dedi sedikit was-was sambil menduga-menduga apa yang akan terjadi ketika mereka bertemu nanti di jembatan. Jangan sampai suaminya salah paham. Wanita ini memang cantik tetapi sesungguhnya Dedi tidak habis fikir kenapa bisa tertukar dan tidak ada unsur kesengajaan sama sekali. Setengah jam berjalan, Dedi sampai di warung dekat jembatan. Dia sudah ditunggu pria berkumis tebal dengan perawakan tinggi besar. Dedi agak gugup takut suaminya salah paham. Suami wanita itu seorang tentara. Bisa remuk wajah Dedi kalau suaminya marah. Melihat motor seperti milik suaminya berhenti di teras, wanita itu langsung naik. Selesai memakai jas hujan, Ibu juga melihat motor yang diyakininya milih Bapak dan tentu saja Ibu juga segera membonceng. Setelah sedikit penjelasan dan percakapan mereka saling berjabat tangan dan berpamitan. Untung saja wanita itu tidak memeluk tubuhnya dari belakang atau sekedar berpegangan pada pinggang Dedi.

Sampai di rumah, hujan sudah agak reda. Candra sudah pulang sedang memasak air. Candra heran melihat Dedi senyum-senyum sendiri, Air yang dimasak Candra dipakai mandi oleh Dedi. Candra kesal karena air itu akan digunakannya sendiri untuk mandi. Dedi cuma cekikikan masuk ke dalam kamar lalu tidur berharap mimpi dipeluk Dewi sang pujaan hatinya. Ibu tertangkap Candra juga sedang tersenyum.















KELUARGA DEDI

September 16, 2018 25 Comments
Pada akhirnya gue bikin cerbung aja ya.. Kalian harus baca cerita dedi yang sebelumnya kalau nggak mau ketinggalan cerita. Identitas keluarga Dewi part 2 lain kali aja ya.. 

Nama lengkap Dedi adalah Dedi Darmawan. Darmawan adalah nama Bapak Dedi. Dia diberi nama Dedi karena merupakan anak laki-laki keempat di keluarganya. Semua anak dikeluarganya memiliki nama belakang Darmawan. Pada saat hamil, Ibu Dedi sangat berharap bahwa anak dalam kandungannya akan berjenis kelamin perempuan. Saking inginnya Ibu Dedi sengaja membeli baju bayi bernuansa pink. Ibu sudah bosan dengan anak laki-laki.Tidak ada yang bisa diajak ngerumpi atau nonton sinetron. 

Bapak Dedi adalah pegawai kelurahan. Ibu Dedi adalah ibu rumah tangga. Meskipun hanya lulusan SMP, Ibu dedi berdedikasi tinggi dalam kegiatan kampung. Beliau menjadi kader kesehatan dan gemar mengikuti segala macan arisan serta kegiatan kampung lainnya untuk mengisi kesibukan. Supaya gampang diingat, Bapak Dedi memberi nama anaknya sesuai abjad. Anak pertama bernama Aji, Bayu, Candra, lalu Dedi. Selisih umur mereka masing-masing adalah 3 tahun. Ibu Dedi memakai KB suntik untuk menjarangkan persalinan. Setelah Dedi lahir, Ibu Dedi memilih steril karena sudah tidak ingin punya anak lagi  serta usianya sudah berisiko untuk hamil lagi.
AJI DARMAWAN
Aji adalah anak sulung keluarga Darmawan. Dia sangat pintar dan berjiwa pemimpin. Saat dia berumur 9 tahun, Dedi lahir. Jabatan abadinya adalah sebagai ketua. Ketua kelas, ketua OSIS, Ketua Remaja Masjid dan lain-lain. Dia selalu sholat di masjid dan sekaligus mengumandangkan adzan bila waktunya telah tiba. Dia merupakan laki-laki idaman gadis-gadis. Dia tidak pernah pacaran tetapi akan langsung menikah jika sudah mampu. Inilah yang sangat membuat Dedi khawatir. Dedi takut Aji akan langsung melamar Dewi menjadikannya istrinya.
BAYU DARMAWAN
Bayu adalah anak kedua Pak Darmawan. Dia sangat gemar berolahraga. Badannya tinggi dan atletis. Dia begitu pandai memasak. Masakannya selalu lezat. Dia yang paling sering membantu ibu di dapur. Saat akan membuat masakan baru, Dewi adalah orang pertama yang disuruh mencicipi masakannya. Kalau sudah di dapur bersama Dewi, Dedi akan mengawasi Bayu dengan seksama. Terlebih Bayu suka sekali membopong atau menggendong Dewi. Sebelum memulai aksi masaknya, Dewi didudukkan di meja dapur dan dengan lancarnya Bayu menjelaskan segala yang akan dilakukannya.
CANDRA DARMAWAN

Candra adalah anak ketiga. Dia pandai bermain alat musik dan suka bernyanyi. Wajahnya yang tampan dan gayanya yang romantis sering membuat gadis-gadis berdebar kencang. Ketika dia memainkan gitar kesayangannya di depan Dewi, Dedi akan merasa sangat kalang kabut khawatir Dewi akan terpesona pada Candra. Dia sangat suka menggoda Dedi seolah-olah akan merebut Dewi.
Kedua orang tua Dewi bekerja sehingga sejak pindah ke Jogja Dewi dititipkan pada Ibu Dedi. Ibu Dedi sangat gembira seperti mendapat anak perempuan yang selama ini diidamkannya. Dewi satu SD dengan Dedi dan kakak-kakaknya. Sebenarnya Dedi dan Dewi selisih hampir 3 tahun tetapi karena sulit mencari TK yang dekat rumah, Dewi dititipkan di kelas 1. Saat Dewi kelas 1, Dedi berada di kelas 2. Setelah berjalan setahun, ternyata prestasi Dewi sangat baik sehingga umur Dewi akhirnya dituakan setahun supaya umurnya mencukupi untuk dapat melanjutkan di kelas 2. Dedi sendiri malas-malasan belum mau sekolah karena ingin bersama Dewi terus-menerus.

Setiap hari setelah meletakkan tas dan ganti baju di rumahnya, Dewi ke rumah Dedi sampai sore hingga orang tuanya pulang kerja. Terkadang Dedi yang menemani Dewi bermain di rumanhnya.

Suatu ketika Ibu Dedi ada arisan di rumah Mbak Nur yang ada di depan rumah sehingga kedua anak kecil itu pilihannya ikut arisan atau tetap main di rumah berdua saja.
Ibu : " Dedi, Ibu mau arisan di rumah Mbak Nur, ikut tidak? itu sudah mulai kelihatan ramai"
Dedi : " Aku di rumah saja sama Dewi"
Ibu :" Nanti kalau ada apa-apa nyusul ya atau panggil Ibu!' Dedi Dewi ibu pergi dulu ya"
Dedi dan Dewi :' Ya Bu"
Arisannya paling satu jam selesai tetapi yang namanya emak-emak lebih seru ngerumpinya. Satu jam berlalu dan turun hujan. Ibu pulang sebentar mengangkat jemuran lalu balik lagi ke rumah Mbak Nur. Katanya mau bikin rujak.

Dewi : "Mas Dedi, aku ngantuk, pinjem bantal boleh?"
Dedi : "Tidur saja di kamarku, nanti badanmu sakit kalau tidur di depan TV cuma beralas karpet".
Dewi : "Ya, kamarmu dimana?
Dedi : "Yuk, kuanterin"
Dewi berdiri mengikuti Dedi.
Dedi : "Tunggu sebentar ya Dik". Dedi lari cepat-cepat  ke kamar untuk menata dan merapikan tempat tidur. Dedi tidur sekamar dengan Candra sebelum memiliki kamar sendiri. Ranjang Dedi dan Candra terletak bersebelahan dan dipisahkan meja panjang yang biasa digunakan untuk belajar. Dedi mempersilahkan Dewi tidur di ranjang Candra. Dewi tertidur dengan pulas. Setelah menyelimuti Dewi, Dedi menuju ranjangnya untuk tidur juga.

Dua jam berlalu, Dedi terbangun menatap tajam ke arah Dewi. Ada punggung yang sangat dikenalnya. Rupanya Candra sudah pulang dari sekolah. Dia kelas 5 SD dan masih memakai seragam saat duduk di kursi belajatnya menghadap ke arah Dewi. Candra mengelus rambut Dewi perlahan kemudian jarinya menyentuh wajah Dewi. Candra berdiri lalu mencondongkan wajahnya ke arah Dewi seperti ingin mencium. Dengan sigap Dedi menerjang Candra. Candra sampai terjungkal menerima kekuatan Dedi yang tanpa batas. Mendengar kegaduhan, Dewi akhirnya terbangun. Ibu datang terkaget-kaget melihat Dedi dan Candra bertengkar. Dedi marah-marah sambil merengek minta kamar sendiri. Ibu kebingungan dan mengatakan agar menunggu Bapak pulang dulu.

Tak lama Aji dan Bayu juga pulang. Mereka menenangkan Dedi yang kepalanya sudah panas. Candra hanya cengar-cengir saja melihat adiknya kalang kabut. Dewi yang kebingungan melihat Dedi seperti ingin menangis. Bayu menghampiri Dewi dan menggendongnya masuk ke kamar Aji supaya Dedi tidak makin marah. Bapak yang pulang terakhir kaget karena sudah dihadang Ibu di halaman rumah. Akhirnya garasi mobil diubah jadi kamar Dedi untuk sementara sambil menunggu tukang datang untuk merenovasi rumah. Sesore keluarga itu gotong royong menyiapkan kamar untuk Dedi yang ngambek berat.



IDENTITAS CINTA PERTAMA DEDI

September 03, 2018 31 Comments
Ingetkan sama Dedi dan Dewi? Kalau enggak, kalian harus baca cerita gue tentang kecubung. Dedi yang nggemesin.. hahaha
Dewi adalah satu-satunya wanita yang sejak awal telah mengalihkan dunia Dedi. Dewi memenuhi seisi kepala Dedi. Bangun tidur ke rumah Dewi. Seharian bersama Dewi. Ingin tidurpun terbayang wajah Dewi. Dedi sudah menyukai Dewi sejak pertama kali bertemu. Mungkin ini yang disebut jatuh cinta pada pandangan pertama. Dedi selalu ingin berada di dekat Dewi atau sekadar bisa menatap wajahnya saja sudah senag membuat hatinya berdebar bahagia.


Cahaya Dewita Hapsari adalah nama lengkap Dewi. Namanya cantik seperti orangnya. Senyumnya yang manis, lesung pipi yang menggemaskan, matanya yang indah, wajah imut dan suaranya yang manja, dan segala tingkah laku serta gerak-gerik dari Dewi disukai oleh Dedi. Dewi memancarkan aura yang menarik dan penuh keceriaan sehingga semua orang yang bertemu dengannya akan langsung menyukainya dan menuruti semua keinginannya. Apalagi Dedi yang selau siap melakukan segalanya untuk Dewi.

Sebelum pindah ke Jogja, Dewi memanggil orang tuanya dengan sebutan Papa dan Mama tetapi karena kebanyakan anak memanggil orang tuanya dengan Bapak dan Ibu akhirnya Dewipun Ikut-ikutan. Ibu yang bekerja atau jika keluarganya kaya dan berpendidikan biasa dipanggil ibu. Kanjeng Ibu pada zaman dulu. Ibu yang tidak bekerja, pendidikannya kurang atau dari keluarga biasa, dipanggilnya Simbok.

Keluarga ibu Dewi memiliki silsilah tertulis yang ditulis dalam aksara Jawa hingga kakek buyut Dewi ke atas 10 keturunan. Dewi masih merupakan keturunan dari Kraton Solo kalau dirunut ke atas.
Leluhur dari pihak ibu Dewi dikenal sebagai keluarga yang kaya raya. Orang kaya zaman sekarang tidak semencolok zaman dulu karena ekonomi juga sudah cukup merata. Dahulu kekayaan seseorang dapat dilihat dari luas tanah/ lahan/ rumah, jumlah uang, abdi dalem dan tentu saja emas mutiara yang dimiliki serta kuatnya pengaruh. Bahkan pakainan dan kendaraan yang dipakai sangat mencolok terlihat berbeda dari kalangan orang biasa. Kendaraan zaman dulu kereta kencana. Ditarik oleh kuda atau tandu dipanggul orang karena belum ada mobil. Pakaian orang-orang  zaman dulu hanya terbuat dari karung goni. Kebaya dan surjan hanya dimiliki orang-orang tertentu. Kakek Canggah Dewi sangat sakti. Peluru tidak dapat menembus kulitnya. Semasa hidupnya beliau termasuk bangsawan yang turut mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro secara materi dan memberikan beberapa prajuritnya serta ikut berperang melawan Belanda yang licik dan membuat rakyat Indonesia melarat sampai berabad-abad.

Kakek Canggah Dewi termasukyang paling berpengaruh di wilayah Klaten hingga Semarang. Rumah yang seperti istana Jawa pada umunya berbentuk Rumah adat Joglo yang sangat besar didiami kakek canggah bersama 3 istri dan kedua puluh anaknya. Kakek buyut Dewi selaku anak bungsu dari istri ketiga Kakek Canggah yang memiliki empat anak, diberi lahan di Klaten Utara. Kakek Buyut Dewi adalah seorang pedagang ulung yang sangat menyukai seni karawitan. Berperawakan tinggi, tegas dan berwibawa tetapi hatinya lembut. Beliau juga  rendah hati, merakyat, dan ramah sekalipun pada yang paling miskin sekalipun. Rumah Joglo kakek buyut memang tidak sebesar istana kakek canggah tetapi cukup besar seperti layaknya penguasa wilayah itu. Saat panen, kakek menggelar pertunjukan karawitan dengan mengundang keluarga, mitra dagang, masyarakat sekitar dan tentu saja untuk menyenangkan hati para abdinya yang setia. Suatu ketika ketika Kakek buyut sedang menunjukkan kepiawainnya bermain alat musik tradisonal, ada seorang perempuan berkulit kuning langsat dengan perawakan kecil dan mata agak sipit terus memandangi Kakek buyut. Leluhur Nenek buyut memang ada yang keturunan Cina. Tidak sengaja mereka saling bertemu pandang cukup lama.


Nenek buyut tetap dinikahi Kakek buyut meski seorang janda dengan satu anak perempuan. Kakek Canggah cukup mementang pernikahan Kakek buyut karena meskipun cantik, nenek buyut janda, lebih tua dan tidak sederajat. Disamping itu kakek buyut sudah menetapkan jodoh kakek buyut dengan gadis yang tak kalah cantik. Di usia Kakek Canggah yang keenampuluh Kakek buyut dilahirkan. Sepertinya hal tersebut yang membuat kakek buyut seperti ada jarak dengan ayahnya sendiri. Kakek buyut sungguh memuliakan istrinya dan lahirlah nenek Dewi. Zaman dulu jumlah anak biasanya banyak. Begitu Kakek buyut hanya mencintai satu wanita dan menyayangi juga menyayangi anak tirinya. Nenek Dewi adalah putri tunggal kandung Kakek buyut dewi tetapi kakek buyut selalu memperlakukan adil anak kandung dan anak tirinya.

Nenek Dewi pernah menikah dengan tiga laki-laki. Suami pertama adalah seorang ajudan Bupati Semarang yang ikut mendampingi bupatinya ketika menghadiri pernikahan megah kakak nenek. Seorang pria berumur 28 tahun dengan penampilan rapi dan sopan. Ketika itu Nenek masih berusia dua belas tahun. Dibalik setiap kebaikan kakek ternyata ada orang yang sangat membnci beliau. Kakek buyut memiliki musuh bebuyutan yang membuat dirinya khawatir. Kakak tiri nenek sempat sakit parah hingga dua tahun lamanya karena guna-guna. Nenek dan kakak tirinya selisih 6 tahun. Saking sedihnya karena tidak ada yang dapat menyembuhkan anak tirinya, Kakek buyut menggelar sayembara pada siapa yang dapat menyembuhkan kakak nenek. Akhirnya datang pria ampuh dari Kediri yang dapat menyembuhkan kakak nenek.  Sesuai janji, pria itu menjadi menantu Kakek buyut dan diberikan separuh tanah milik kakek Buyut dengan janji sakral akan mebahagiaka dan melindungi anak tirinya sampai akhir hayat. 

Nenek Dewi bertubuh tinggi ramping dan memiliki wajah yang sangat manis. Sang ajudan sangat meyayangi dan memanjakan Nenek. Seolah-olah sehelai rambutpun tak boleh jatuh. Memandang wajah nenekpun sang ajudan sudah sangat bahagia. Begitu imut dan menggemaskan. Bagaikan dengan keponakannya tentu saja. Tak disangka sang ajudan menabrak seorang wanita saat mengendarai motor hingga terluka parah. Keluarga meminta pertanggungjawaban hingga sang ajudan terpaksa harus menikahi wanita itu. Sang ajudan menangis dengan penuh luka lara menyampaikan hal tersebut pada nenek. Nenek masih tiga belas tahun. Melihat suaminya sangat menderita nenek tidak berkata banyak hanya meminta waktu berpikir sambil menenangkan hati suaminya. Nenek termasuk wanita cerdas dan terpelajar karena pada zamannya yang disekolahkan hanya laki-laki saja.
Nenek merelakan sang ajudan menikahi wanita itu dan saat pernikahanpun nenek masih mendampingi dengan tabah. Nenek meninggalkan Semarang kembali ke rumah kakek buyut.

Kakek dan Nenek buyut memeluk nenek dengan begitu erat menyambut putri kecil semata wayangnya harus menghadapi masalah seperti itu. Nenek yang memiliki wajah ceria tak menampakkan kesedihan dan selanjutnya aktif mengikuti segala kegiatan kakek buyut. Seorang pria tampan dari keluarga yang sederajat mendekati nenek bermaksud untuk menikahi. Di usia lima belas tahun Kakek buyut menggelar pernikahan besar-besaran untuk menikahkan nenek. Rupanya paman sang pria tampan menginginkan kekayaan keponakannya yang sudah yatim dan terlebih memiliki istri kaya juga. Setengah tahun setelah menikahkan putrinya, kakek buyut meninggal karena disalahi musuhnya. Sebelum meninggal,kakek buyut mengatakan pada nenek bahwa nenek dan keturunannya akan menjadi orang sukses kembali apabila memiliki pasangan yang baik dan agar selalu rendah hati berbuat baik kepada sesama serta bertaqwa kepada Gusti Allah.



Bersambung.. hayati lelah....