Dilema Candra Part 3

Mei 02, 2019 23 Comments

Candra yang sempat berkeliling dengan Deni, kini telah menemukan tempat bagus untuk tidur siang. Siang ini usai makan, Candra dan Rio pergi ke sebuah gubuk di pinggir sawah dekat kebun yang sangat luas Saking luasnya kebun itu hampir mirip hutan. Kebun itu tak terawat dengan pohon-pohon dan semak belukar yang tumbuh tak teratur.  Gubuk itu terletak di ujung belakang desa Deni sehingga pasti tidak akan ada yang tahu kalau mereka bermalas-malasan tidur di gubuk itu. Di dekat gubuk terdapat sebuah sungai yang mengairi  lahan pertanian desa-desa disini. Sungai itu jernih dan mengalir tenang. Batu-batu di dasar sungai terlihat dengan jelas. Beberapa ikan berenang-renag disungai itu. Di tepi sungai juga ada kepiting yang berjalan pelan di tanah. Suara-suara burung ternang hinggap di pohon dekat gubuk semakin menambah lelap tidur mereka berdua. 

Rio terbangun kaget mendengar suara gaduh. Duduk lalu berdiri melihat ke arah suara.
Rio :'Ndra, bangun" sembari menggoyang tubuh Candra 
Candra : 'Ada apa sih? ngagetin aja!' kesal karena dibangunkan tiba-tiba
Rio ; 'Denger nggak?' sambil menyuruh Candra tenang
Candra :' Ramai banget kayaknya?' mendengar dengan jelas suara yang dimaksud Rio
Rio : 'Ayo kita lihat!' Rio menarik tangan Candra tanpa menungu jawaban

Mereka berjalan ke arah suara memasuki kebun yang sangat luas tadi. Setelah masuk sekitar 500 meter mereka mulai melihat orang lalu lalang. Semakin ke dalam, terdapat kerumunan orang membentuk lingkaran dan beberapa kendaraan terparkir di dekatnya. Rio melihat ada sosok yang dikenalnya. Pemuda itu seperti mengatur situasi di luar kerumunan. Semakin mendekat Rio semakin yakin kalau pemuda itu Rahmad, teman Deni memancing. Rio memanggil-manggil Rahmad agar mendekat menemu mereka dipinggir. Rahmad yang seperti orang penting di tempat itu menyambut mereka berdua dengan banggga. Rupanya kerumunan itu sedang melakukan sabung ayam.

Setiap orang harus membayar Rp. 50.000,- untuk dapat melihat sabung ayam setiap kali masuk. Sabung ayam dimulai pagi hari sampai sore bahkan malam. Rahmad termasuk panitia yang turut mengatur acara sabung ayam. Dia diberi tugas untuk supervisi bagian parkir dan pendaftaran. Rahmad sudah seperti staf ahli. Dia menjelaskan segala sesuatu tentang sabung ayam layaknya narasumber profesional. Dia menjelaskan bahwa sabung ayam ini sudah berskala nasional. Dari luar kota bahkan luar provinsi turut mengikuti sabung ayam ini. Kegiatan ini mengandung unsur taruhan atau judi  sehingga tempatnya memang dirahasiakan. Tempat pelaksanaannya juga berpindah-pindah. Terkadang memakai lapangan voli indoor atau di rumah juragan yang tanahnya luas. Polisi yang sudah terlanjur tahu biasanya diberi uang tutup mulut, bahkan beberapa polisi juga turut berpartisipasi dalam acara sabung ayam.

Paman Rahmad yang bernma Sapta sejak mudanya telah aktif mengikuti acara sabung ayam ini. Sapta dekat dengan keponakannya sejak Rahmad masih kecil, Ayam-ayam yang dipelihara pamannya memang ayam bagus kualitas petarung. Harganya mulai dari dua ratus ribu sampai puluhan juta. Sapta sangat ahli merawat ayam karena sudah dilakukan selama belasan tahun. Sapta terkadang membeli anak ayam yang masih sangat kecil dari ras pemenang untuk menghemat biaya karena ayam yang sudah besar harganya dapat mencapai pululahn juta. Sapta telaten merawat dan melatih ayam dari kecil dan membesarkannya menjadi ayam petarung yang tak terkalahkan. Sapta sekali waktu selalu menyempatkan untuk berburu ayam langsung ke peternaknya Beberapa ayam dibeli secara online. Kadang-kadang juga harus preorderterlebih dahulu. Jaman sekarang, ayam sudah seperti barang bisa dibeli dengan cara COD atau pesan dulu. Peminat ayam memang tahu ras mana yang unggul sehingga rela mengantri jika persediaan habis. Cara-cara merawat ayam didapat Sapta dari youtube maupun dari bertanya kepada yang berpengalaman. Ayam yang matanya merah setelah bertarung diberi salep mata khusus ayam supaya tidak infesiksi karena jamur atau kotoran selama bertanding. Sapat juga sudah lihai menyuntik ayam. Tempat penyuntikan ayam tidak boleh sembarangan. Dosis penyuntikan dan jenis obatnya juga berbeda dari manusia, Ukuran jarum dan volumenya harus tepat. Jika salah bisa terjadi hal fatal. Orang-orang di apotik sering mengira Sapta sebagai seorang dokter. Ketika Sapta datang, tukang parkirpun menyambutnya dengan sapaan pak dokter. Sapta tentu saja menikmati momen disangka dokter. Sapta semakin ramah dan berakting bak dokter betulan.

Hari ini acara sabung ayam berbeda dari bisanaya. Januh lebih  ramai dari biasanya karena ayam superior milik bos Cina dari Jogja ikut bertanding. Ayam ini sudah tersohor selalu menang di setiap pertandinangan. Bos Cina datang ke acara sabung ayam bersama anak buah dan kolega-koleganya.  Mereka seperti gerombolan mafia. Bos Cina botak memakai jas dan kacamata hitam. Enam mobil mewah terparkir dengan sangat mencolok karena memang sudah disediakan tempat khusus. Tibalah saatnya ayam bos Cina berhadapan dengan ayam milik Sapta. Para penonton mulai memperbesar taruhannya. Ayam Sapta yang tak terkalahkan. Ayam hitam cengger merah milik Sapta berkokok-kokok sombong. Ayam putih berbulu bagus milik bos Cina tampak tegang. Ayam itu bertarung sengit. Penontonn semakin riuh. Bandar memancing emosi para penonton agar memperbesar taruhannya. Ayam putih itu sudah banjir darah. Bulu-bulunya yang mulus mulai rontok. Ayam Sapta juga sempat menggelepar karena terbanting di awal pertandingan. Kepala ayam Sapta sudah menggundul bercucuran darah. Ayam Sapta bangkit lalu mengamuk habis-habisan. Tetap mematuk dan mencakar-cakar meski ayam putih sudah ambruk tak kuat berdiri. Akhirnya ayam Sapta keluar sebagai pemenang dan Sapta kaya mendadak, seketika menjadi jutawan.

Usai pertandingan legendaris itu, Sapta membawa ayamnya ke pinggir menjauh dari kerumunan yang masih melakukan pertandingan lainnya. Teman Sapta sudah menyiapkan semua kebutuhan P#K untuk ayam Sapta di dekat pohon duku. Sapta membopong ayamnya dengan hati-hati menuju markas pengobatan yang sudah disiapkan sebelumnya. Dia memberi minum ayamnya vitamin dan mengobati luka-lukanya. Bos Cina memang sudah menghubungi Sapta jauh-jauh hari karena sangat ingin menantang kehebatan si hitam yang sudah sangat tersohor belakangan ini. Tak selang berapa lama Bos Cina dan sekelompok berjas hitam mendekati Sapta. Rupanya si bos ingin membeli ayam Sapta. Sapta disodori uang satu tas besar disuruh mengambil sendiri sesuka Sapta. Namun konon kata temannya, menjual ayam yang baru saja menang adalah pamali karena bisa mengundang sial seperti selalu kalah dipertandingan-pertandingan selanjutnya. Percaya atau tidak, apabila akan melakukan sabung ayam seperti ini, Mereka tidk ada yang melakukan hubungan suami istri karena jika dilanggar ayamnya akan langsung kalah. Mitos-mitos seperti itu sudah lama ditaati para peserta sabung ayam. kali ini Sapta sangat ragu-ragu karena uang ratusan ribu di tas itu benar-benar penuh. Barangkali isinya sampai ratusan juta. Sapta menoleh ke temannya berharap jawaban memuaskan. Teman Sapta hanya menggelengkan kepala lalu mengatakan terserah saja. Sapta dengan sangat menyesal menolak permintaan bos Cina tetapi menawarkan ayam lain. Sapta mengundang bos Cina untuk datang ke rumahnya dan memilih ayam yang lain.

Candra :' Gila Mad, pamanmu! komentar Candra tak sanggup menahan diri
Rahmad :' Ya begitulah Ndra, Kita punya sesuatu yang dipercaya'. Sok bijaksana meski juga sangat kecewa pada pamannya.
Rio :'Sabung ayamnya riuh banget, nggak bakalan sampe ada perkelahian kan Mad? Rio mulai Cemas sambil melihat-lihat ke arah mana dia akan menyelamtakan diri.
Rahmad :' Selama ini sih aman-aman saja, lagian banyak saksinya mana yang menang atau kalah. Oh iya, Bapaknya Deni mau sekali-kali ngelihat acara ini. Aku kirim SMS dulu ya hampir kelupaan mau ngabarin.' Mulai mengirim SMS.
Rio :' Nomermu berapa Mad? sini ku misscall' sembari menyikut Candra yang nggak cerdas.
Candra :'Nomernya Deni berapa Mad? segera tanggap sambil meminta dengan nada merayu.
Rahmad :'Nih!'. Merasa sebagai orang penting menuruti permintaan mereka tanpa banyak tanya.

Sekitar tiga pulih menit kemudian, bapaknya Deni sudah terlihat berjalan mendekat ke kerumunan. Beliau memakai kaos polo biru  dan celana panjang hitam. Badannya yang tinggi tegap dan berkumis lebat memang sangat mencolok. Anehnya beberapa orang berjalan menjauh, beberapa berlari menaiki kendaraannya dan pergi. Lalu yang lain mengikuti sambil kocar-kacir. Ada beberapa yang lari sampai meninggalkan ayamnya yang kebingunagn karena panik.
Candra :' Kenapa sih Mad kok pada lari?.
Rahmad :'Mungkin dikiranya bapaknya Deni mau nangkep mereka. Jawab Rahmad tanpa dosa
Candra :"Maksudnya?
Rahmad :' Bapaknya Deni kapolsek'.
Sebenarnya Bapaknya Deni cuma pengen lihat-lihat saja. Beliau sudah tahu ada kegiatan itu berlangsung bertahun-tahun tetapi memang belum pernah menyaksikan langsung.  Lagipula beliau tidak berseragam dan hanya datang sendiri tanpa anak buah. Banyak orang yang terlanjur mengenal beliau sebagai Kapolsek makanya pada ketakukan takut ditangkap. Rahmad menceritakan bahwa pada hari ini adalah acara terbaik makanya bapaknya Deni bermaksud untuk turut melihat langsung.Kerumunanpun bubar, tinggal panitia yang kemudian menyalami pak Kapolsek. Bapaknya Deni sudah paham situasi. Beliau hanya mengobrol sebentar lalu pergi.

Candra mengajak Rio untuk pamit. Dia ingin mendekati Bapaknya Deni. Dia berpesan pada Rahmad untuk nanti kirim SMS aja. Deni berjalan cepat agar dapat menysul calon mertua. Mereka mengobrol sepanjang jalan. Rio mendukung Candra dengan menyampaikan kebaikan Candra yang dilebih-lebihkan. Sampai di depan  rumah Deni, Candra dan Rio berpamitan seolah-olah belum mengenal Deni karena ingin membuat bapak Deni terkesan dengan rencana selanjutnya. Candra berlari-lari kegirangan merasa telah mendapatkan hati calon mertua. Rio hanya tertawa-tawa tidak jelas sambil melihat pesan di telepon genggamnya. Rupanya Rahmad memberitahu bahwa ayam pamannya yang tadi menang sekarang sudah mati. Pamannya mau menginap di rumahnya malam ini karena istrinya marah-marah setelah tahu tadinya mau dibeli sampai ratusan juta.

Bersambung....