Dilema Candra
Candra, kakak ketiga Dedi sedang melakukan kemah dan bakti sosial. Kegiatan itu rutin dilakukan di SMA Candra setelah ujian sekolah semester genap dilakukan sambil menunggu pembagian rapor. Tempat yang dipilih merupakan daerah yang masih dianggap marginal dengan tingkat ekonomi penduduk yang masih rendah dan sejenisnya karena salah satu tujuannya memang untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini diikuti siswa kelas 1 dan kelas 2. Satu angkatan di sekolah Candra jumlahnya 300 orang. Karena diikuti 2 angkatan maka pesertanya lebih dari 600 orang beserta pembimbing dari sekolah dan alumni yang turut berpartisipasi. Perkemahan ini membagi kelompok sesuai organisasi/ klub yang ada di sekolah. Para siswa bebas meilih klub sedangkan Candra memilih masuk ke Rohis (kerohanian islam). Candra yang suka musik dan seni memilihnya karena ada modus tersendiri.
Pengabdian yang dilakukan rohis biasanya lebih ke keagaaman dan tentunya menjadikan masjid setempat sabagi pusat kegiatan. Kabarnya daerah yang dipakai memang sulit air dan medannya sebuah perbukitan. Jarak rumah satu dan yang lainnya cukup jauh. Tentu saja Candra memilih tidur di masjid daripada di tenda yang berada di tengah-tengah padang kering jauh dari air, panas terik di siang hari dan dingin di malam hari.
Setelah perjalanan 2 jam di atas truk, sampailah Candra dan siswa sekolah yang akan melakukan kemah di lokasi. Setelah pengarahan singkat, mereka membangun tenda. Rohis mengujungi takmir masjid untuk meperkenalkan diri dan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. Candra yang tidak ingin di padang gersang yang digunakan untuk berkemah tentu saja sudah membuntuti seniot-seniornya dengan dalih siap membantu apapun. Halaman rumah takmir masjid sangat luas. terdapat ayunan dari kayu dan kursi-kursi taman dihalaman rumahnya. Sepertinya beliau orang paling kaya di kampung ini. Kampung ini terlihat ramai karena klub lain juga menuju kampung dengan program kegiatnnya. Klub pecinta alam mengecat pos ronda dan memperbaiki jalan. Klub science menuju sekolah dan begitu juga klub lain langsung segera menjalankan program kerja yang sudah direncanakann jauh-jauh hari. Sore harinya rohis akan menuju kampung dan masjid untuk melakukan kegiatan pengabdiannya. Candra membantu adik-adik belajar membaca Iqra. Seusai mebaca rohis mengadakan sedikit permainan untuk menghibur anak-anak. Malamnya akan mengadakan pengajian.
Niat Candra sebenernya hanya ingin jalan-jalan dan menemukan kembang desa. Dia dan temannya Rio memilih berjalan-jalan memisahkan diri dari rombongan. Lagipula yang ikut bergabung dengan klub Rohis jumlahnya hampir 200 orang. Candra dan Rio berjalan-jalan meniti bukit di kampung itu lalu turun menuju sungai. Dia melihat ada 3 anak sebayanya sedang asyik memancing. Candra menghampiri mereka diikuti Rio. Candra mengulurkan tangannya ke arah anak berbaju biru yang posisinya paling dekat dengannya.
Candra : "Perkenalkan saya Candra siswa SMA yang melakukan perkemahan di desa ini".
Anak berbaju biru: " Sssttt"! dia tidak berbalik dan hanya membalas jabat tangannya.
Tiba-tiba Candra terciprat air sungai saat anak itu menarik kailnya. Saking kagetnya dengan gerakan tiba-tibak anak itu, Candra sampai terjungkal. Anak berbaju biru itu berteriak kegirangan mendapatkan hasil tangkapannya yang cukup besar sedangkan dua temannya belum mendapatkan ikan. Rupanya mereka sedang lomba mancing. Bertaruh yang mendapatkan ikan duluan maka akan ditraktir mie ayam 2 mangkuk.
Anak berbaju biru itu ternyata seorang gadis manis. Tomboy sekali, rambutnya dipotong pendek dan sangat cuek. Secara Candra yang seorang idola di sekolahnya sepertinya hanya dianggap laki-laki biasa.Mereka bertiga membereskan perlengkapan pancingnya dan akan menuju warung mie ayam. Anak berbaju biru memperkenalkan namanya.
Deni : "Namaku Deni, namamu Candranya ya? Ini Anto dan Rahmad". Deni memperkenalkan kedua teman disampingnya, mereka saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri.
Candra : "Kalian mau kemana?"
Deni : "Mau beli mie ayam".
Candra : " Aku juga lapar nih, kami boleh gabung?" Candra menanggapi gengan gaya don juan dan tebar pesona seperti biasanya. Berharap akan gadis itu akun terpesona dengan ketampannannya.
Deni : "Boleh, tapi tempatnya jauh, anak kota seperti kalian sanggup nggak?" Jelas Deni
Candra :"Sannguplah, kitakan laki-laki" Jawab Candra tidak ingin diremehkan.
Mereka berjalsn menaiki bukit lalu melewati jalan setapak di tengah-tengah sawah, memutar melewati pekarangan yang penuh dengan pohon seperti hutan. Candra sudah mulai ngos-ngosan tetapi menahannya. Akhirnya sampai juga setelah lebih dari setengah jam berjalan kaki.
Candra dan Rio tertinggal jauh dibelakang. Deni dan teman-temannya sudah memesan es teh dan mie ayam.
Candra : "Rio, capek banget aku, mereka sudah di depan jauh"
Rio :" Aku juga".
Begitu melihat warung mie ayam di atas, Candra dan Rio berlari ingin segera minum. Candra dan Rio langsung memesan es teh ke penjualnya.
Deni :"Nih". menyodorkan 2 gelas es teh dan 2 mangkuk mie ayam yang rupanya sudah dipesankannya sedari tadi.
candra dan Rio langsung meminum segelas sampai habs lalu memesan es teh lagi.
bersambung...
Tulisanmu sangat jurnalistis. Pernah jadi wartwan, ya?
BalasHapusBtw, Candra ini modus banget, ya?
CeritaMaria.com
Lanjuttt kak Airin...
BalasHapusEnak bacanya akuhh
Settingnya ngingetin pedesaan yg asri
*gegara mancing sama naik turun bukitnya 😆
Jadi, Deni itu nama wanita tomboi? Yang membuat Chandra naik bukit demi makan ayam.
BalasHapusLemah nih si Candra hahahah padahal kan jalannya ke tempat makan harusnya semangat dongs wkwkwk.
BalasHapusCandra yang orang kota pasti sulit mengimbangi Deni karena Deni sudah terbiasa beraktifitas di desa.
BalasHapusIde ceritanya bagus dan ringan. Kalo dikembangkan lagi hasilnya pasti bisa lebih dr ini.
BalasHapusLucu ya kelakuan Candra (dan sepertinya laki-laki pada umumnya) rela menjaga gengsi demi kelihatan tangguh didepan cewe taksirannya :) Penasaran sama kelanjutannya...
BalasHapusAku mau mengomentari penulisan dialognya Mba. Karena ini kalimat langsung (ucapannya Chandra) jadi tidak perlu ada tanda titik dua. Karena tanda titik dua diikuti kalimat langsung adalah penulisan dialog drama. Semangaat.
BalasHapusApakah Rio dan Candra ditraktir mie ayam juga? Berapa gelas es teh yang diminum Rio? Ehmm menebak nebak kelanjutan cerita nya
BalasHapusenak banget bacanya, deskriptif, jadi mudah kita imajinasikan
BalasHapusWah...cerita keluarga Dedi makin seru ya, termasuk tentang Chandra. Dilemanya nanti di episode berikutnya ya, kak?
BalasHapuspenasaran nih sama kelanjutan cerpennya. ditunggu ya kak lanjutannya
BalasHapushttps://helloinez.com/
Lagi ngebayangin sosok candra kayak app. Tengil sok ganteng tebar pesona dan semua hal nyebelin melekat padanya.
BalasHapusKira-kira nanti dilemanya Candra ada di sisi mananya ya...mungkin dia harus kembali ke kota sedang hatinya ingin tertinggal di desa?
BalasHapusLucu juga kalau dibaca-baca karakternya si Candra hehe... Lanjut Kak!
BalasHapusBaca ini aku langsung mbayangin medan perbukitan dan makan mie ayam di sana :D. Lucu nih, Si Candra. Jadi pengen tau lanjutannya.
BalasHapushahahaha... lebih seru lagi kalau ada adegan si candranya jatuh terguling-guling kali ya...
BalasHapushttps://www.ekasiregar.com
kak dilemanya apa siii?? aku penasaran lohhh
BalasHapushttps://www.mbaktiti.com
Ah lagi seru-serunya bersambung. Si Candra mau moduuus yaaaa... hahaha
BalasHapusDitunggu kelanjutan tulisannya kak..
Aku ngebayangin makan mie ayam masaaa, hahaha. Ditunggu lanjutan ceritanya.
BalasHapusKok kau jadi laper baca 2 mangkuk mie ayam..duh, mana hujan-hujan pula.
BalasHapusDilemaku ini mah..eh Dilema Candra ding...lupa
Ditunggu lanjutannya ya Kakak
Candara dilemma tapi modus ya kak? hehehe
BalasHapuskirain anak desa masih polos sepertiku. LOL
Dilema Candra... masih ngikutin alur ini ceritanya, belum ketemu sama dilemanya... tak tungguin pokoknya!
BalasHapusYah, baru asyik baca ternyata bersambung... pembaca kecewa, hehhe.... ditunggu kelanjutannya ya kak...
BalasHapusBaca Don Juan, jadi inget inget itu film apa yaa? Karakternya siapa yang peranin? Langsung googling dong inyong. Hahaha
BalasHapusJadi, bagaimana cerita kelanjutan si Don Juan ini? Hihi
Tulisannya enak dibaca, suka,apalagi ngebayangin naik turun Bukit
BalasHapusYaelah candra lembek banget haha ., ditunggu cerita lanjutannya ka
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusCeritanya lumayan bagus untuk dibaca sambil nunggu buka puasa
BalasHapus