DILEMA CANDRA PART 2

Februari 24, 2019 17 Comments
Candra tengah mengikuti kegiatan perkemahan bakti di sebuah desa yang lokasinya cukup terpelosok dan dengan tingkat ekonomi rendah.


 Baca http://airinku.blogspot.com/2019/01/dilema-candra.html. Supaya lebih paham tentang Candra kalian mesti baca http://airinku.blogspot.com/2018/09/keluarga-dedi.html
Candra dan Rio meminum es teh dalam sekali teguk. Mereka berdua begitu kelelahan dan mengeluh sepanjang jalan. Bagaimana tidak, mereka berdua belum pernah berjalan kaki selama 30 menit dengan medan yang naik turun seperti di desa Deni. Pergi ke warung di ujung gang sekolah yang terlihat dari ruang kelas saja mereka naik motor. Candra bergerak menuju teko air aputih yang tersedia di ujung meja sebelah. Meminum langsung dari corong teko. Deni dan kedua temannya hanya tersenyum-senyum sambil menahan tawa.

Rio : 'Es tehnya sudah belum Pak?' Mulai tak sabar karena pesanan gelas keduanya belum datang,
Penjual : 'Sebentar lagi Mas!' Masih sibuk mebiatkan segala macam pesanan pelanggan lain yang juga sudah menunggu.

Warung mi ayam ini entah enak atau karena hanya satu-satunya Candra sangat heran kenapa ramai sekali yang beli. Warung ini dibuat dengan rangkain bambu dan beratapkan seperti terpal lalu diberi jerami. Terdapat empat bangku panjang dan juga kursi kayu panjang yang mengapit meja. Di luar warung masih digelar tikar panjang. Hawanya cukup sejuk karena angin yang bertiup sepoi-sepoi. Tersapat pohon talok yang komposisi pohonnya seperti payung. Beberapa yang pesan utuk dibugkus berdiri di atas motor. Jalan didepan warung sudah agak datar. Bapak penjual mi ayam itu dibantu seorang wanita paruh baya bertubuh subur sedikit pendek tetapi  gesit membuatkan minum dan menyajikan segala pesanan ke pelanggan. Di belakang terlihat anak laki-laki seusianya mencuci mangkuk-mangkuk dan gelas -gelas sepertinya anaknya. 

Candra dan Rio melahap mi ayam yang baru sadar diantarkan. Mereka seperti sudah tidak makan berhari-hari. Deni dan kedua temannya kembali menahan tawa melihat musafir di depan mereka. 
Rio : ' Mi ayamnya semangkuk lagi Pak!
Candra :' Saya juga Pak, saya juga! 
Penjual Mi : 'Njih Den'
Candra : 'Saya Candra Pak, yang paling ganteng, bukan Deni'
Terdengar tawa meledak-ledak dari Deni dan yang lainnya.
Candra :' Apa sih?' Candra mulai sadar dia ditertawakan mukanya merah, tetapi tetap stay cool dan ikut tertawa.
Candra ; 'Untung kamu nggak merasa terpanggil Den' berkata sambil memandangi Deni yang cakep.
Deni :' Ngaco kamu, mana mungkinlah' menjulurkan lidahnya pada Candra
Candra :' Namamu kok Deni sih beb? seperti nama laki-laki saja' masih terus menggoda Deni
Deni : ' Mungkin dulu ayahku pengen punya anak laki-laki' Jawab Deni asal'
Candra: 'Rumahmu sebelah mana Den? aku sedang berkemah di lapangan dekat sini' tanya Candra sungguh-sungguh.
Deni :'Deket sini juga kok'
Candra : 'Sebelah mana? boleh kami main?
Deni :' Boleh aja"

Rio dan kedua teman Deni sedang asyik sendiri membicarakan JKT 48. Candra merasa mendapatkan dewi fortuna. Candra menggali segala macam informasi tentang Deni sambil melakukan aksi tatapan mautnya. Namun, alih-alih Deni yang terbius justru Candralah yang semakin terpesona terhadap Deni. Gambungan cakep dan tomboy, Deni terlihat semakin keren dimata Candra.

Candra: 'Den, sepertinya aku tidak tahu arah jalan ke lapangan tempat kami berkemah' Kata Candra dengan bernada sok panik
Deni :'hmmm, nanti bareng aja, kalau pulang aku selalu lewat lapangan yang kamu maksud itu'
Candra : 'Ini total pesanan kami berapa pak? pesanan Deni dan temannya saya yang bayar' Gaya Candra bak gentleman
Bapak penjula mi ayam mengatakan pesanan deni dan temannya sudah di bayar daritadi sebelum Candra datang. Candra datangnya memang hampir terpaut setengah jam kemudian. Pesanan yang belum dibayar tinggal milik Rio dan Candra saja. Batal Candra jadi pahlawan tetapi Rio sangat senang karena bisa makan gratis.

bersambug................... Maafkan lagi ada diklat, besok diambung lagi