Griya Ardafa

Banyak orang pengen denger cerita gue.Lebih seru kalau dibikin cerpen kali ya? KUrleb ginilah.... let's read.

Dua hari sebelum berangkat, Omed kasih info kalau amasih ada 1 Seat. A.. aha pas banget gue belum ada rencana weekend mau kemana. 

Me: Bang Edi, ni Airin rt 18, betul masih ada 1 seat?

E : iya masih, ayo ikut

Me: tapi gue belum pernah naik gunung bang?

E: gpp banyak yang bantuin entar

Me: gue g punya SB, matras, dll bang

E: entar pake SB gue

Me: thanks bang

Gue dimasukin ke grup "Papandayan 5" . disitu gue kenalan dan menyampaikan kekurangan gue. Ini perlu gue share biar temen seperjuangan gue paham. Newbe bangetlah gue. Gue ikut ngelist yangb bisa gue dapetin di supermarket terdekat.  Cepenya bang Cahya dan Kak Wina. Gue agak ga tega kenapa kok cepenya g cowok semua aja. Pemikiran gue gunung itu medannya sangat berat. Bagi gue lho ya.   

.......................................

Tinggal sehari lagi nih, Gue nyiapin baju dan peralatan yang kira-kira gue mesti bawa. Gue cuma punya ransel biasa. Berkali-kali gue keluar masukin, masih  aja g muat. Bosen ngurusin baju, lalu gue googling rute yang harus gue tempuh. Ternyata setelah turun di stasiun cawang, perjalanan gue masih panjang. Mana meponya malem. Gue japri orang-orang yang sekiranya bawa motor dan sejalur dengan gue. 

"Yes, Bang Odi mau gue tebengin. Untuk meyakinakan  kepastiannya gue telfon bang Odi. Sipp.. janji sudah dibuat.

Gue berangkat dari stasiun UI habis sholat isya. Sekitar 30 menit gue sampai stasiun cawang. Gue wa bang Odi dimana posisinya. Gue paling ga demen kalau berada disuatu tempat baru, malem dan sendirian. Gue cari masih belum ketemu. Akhirnya gue putuskan untuk nelfon dan mandu gue ke arah dia. Tetep aja gue bingung.  Akhirnya gue menemukan dia atau sebenernya malah bang Odi yang nemuin gue. 

Tak berapa lama kami sudah sampai Sekret BPJ. Orang-orang yang ada di dalam pastilah anggota grup Papandayan 5. Gue ngucapin salam terus kenalan. Berkenalan adalah sesuatu yang penting gue lakukan karena gue sulit mengingat orang. Paling enggak gue harus kenalan dengan seseorang sampai 5 kali. Biasanya gue ngobrol panjang lebar tetapi tetep aja gue lupa siapa namanya dan setelah itu gue lupa yang mana orangnya terlebih lagi untuk mengingat perempuan yang berjilbab karena dalam sekilas terlihat sama. 

Pada akhirnya kami berangkat sekitar pukul 23.00. Gue ngobrol macem-macem dan gue lupa yang mana bang Odi. Kami naik minibus kapasitas 30an. Gue duduk disamping Ian (sebut saja Ian) tetapi karena jendelanya nggak ada gue minta tukeran sama yang duduk di depan gue. Gue mulai mengenali bahwa Bang Odilah yang duduk di depan gue. 

Bang Jefri yang duduk di samping gue. Rupanya dia dah pengalaman nanjak. Kami asyik ngobrol sepanjang malam. 
me : Bang, gue belum pernah naik gunung, nanti gimana ya? (khawatir)
bj : Nggak usah takut nanti abang bantuin. (senyum)
me : makasih, ngantuk nggak bang?
bj : belum
me : gue juga susah tidur kalau nggak di kamar
bj ; haha, coba pejamin mata
me : ok
bj : (senyum-senyum)
me : kok senyum-senyum?
bj : kamu lucu
me : cute kali, hahahahhaha
Kamipun tertawa-tawa hingga tak terasa bus sudah melaju jauh. Bus berhenti untuk mengisi bahan bakar. Beberapa cowok turun dan merokok. Sebagian pergi ke minimarket dan toilet.Gue juga mau ke toilet daripada nanti kebelet. Gengsi kalau minta temenin bang Jefri. Gue ajakin cewek yang ada di kursi depan. 
me : say ke toilet yuk?
Pada nggak mau, hiks.. 
Kak Wina : ayok, gue juga
me : yes

Sekiranya cukup, kami kembali melanjutkan perjalanan. Gue berusaha keras supaya bisa tidur walau hanya sebentar.

srikandi Papandayan 5

Akhirnya sampai Garut. Ini artinya sebentar lagi bus akan berhenti dan sampai tujuan. Bus berhenti di basecame David. Kami turun dan berjalan menuju basecamp. Gue naik lagi karena masih gelap banget dan dingin. Lagipula ada dua cewek yang belum turun. Bisa rebahan di kursi-kursi bus yang kosong. Setelah agak terang, kami bertiga turun. Kami makan dan sholat. Dirasa cukup, kami kembali ke parkir minibus untuk melanjutkan perjalanan ke pintu masuk Papandayan. Kami berkumpul dan diabsen. Kurang satu. Bang Bayu hilang! Cepe dan yang lain mencoba mencari-cari bang Bayu.Sudah hampir dua jam belum ketemu. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Dari kejauhan ada sosok yang berjlan ke arah kami. Ternyata Bang Bayu makan di warung sambil ngobrol sampai lupa waktu.

Gunungnya kelihatan. Berdebar-debar rasanya. Kami jalan sambil foto-foto.