KONDANGAN PERTAMA DEDI
Sepertinya agak riskan kalau nyeritain cinta di masa kecil Dedi. Kurang bisa di explore sesuka gue. Sekarang ganti pas Dedi dewasa saja. Baca Keluarga Dedi dulu ya biar paham tokoh-tokohnya.
Setiap Minggu pagi, Dedi selalu menonton film Doraemon kesayangannya. Film ini sudah dia totnton sejak SD hingga sekarang ketika Dedi sudah berumur 30 tahun. Candra yang akan pergi berkencan melempar bantal ke arah muka Dedi. Dedi sigap menghindar.
Dedi : "Nggak kena, Wekkk", (Dedi sumringah sambil menjulurkan lidahnya). Candra yang terburu-buru pergi tidak menanggapinya.
Candra lebih tua 3 tahun dari Dedi tetapi karena perawakan Dedi yang lebih besar, tinggi dan kekar, Candra lebih sering dikira adik Dedi. Penampilan Candra flamboyan, rapi, dan wangi. Candra terlihat manis dengan kumis di wajahnya. Dedi lebih suka memakai kaos oblong dan celana kolor. Mandi kalau mau pergi ke luar rumah. Di hari Minggu mandinya hanya sehari sekali. Hari biasapun kalau sudah malas dia tidak mandi. Alasannya sekarang baru musim hujan airnya dingin. Kalau musim kemarau alasannya hemat air.
Dengan tergopoh-gopoh Mbak Nur datang memanggil-manggil Ibunya Dedi. Rupanya dia lupa menyampaikan undangan untuk Bapak Dedi. Rupanya teman kuliah Bapak dulu akan menikahkan putrinya. Resepsinya hari ini jam 12.00-14.00. Bapak sedang jalan-jalan ke Borobudur bersama anggota keluruhan. Ibu menelefon Bapak menyampaikan tentang undangan pernikahan. Bapak menyuruh Ibu berangkat dengan Dedi. Ibu duduk mendekati dedi yang masih saja nonton TV sambil tiduran.
Ibu: " Ded, nanti siang anterin ibu kondangan ya?".
Dedi : " Males, ah Bu, mendung gini mending titip saja sama Mbak Nur".
Ibu : "Nitip gimana, Mbak Nur nggak diundang".
Dedi : "Sama Candra saja!"
Ibu : "Kalau Candra di rumah, Ibu nggak ngajak kamu". (sudah mulai kesal)
Dedi: Iya.. iya..
Ibu : "Mandi sana, keramas siapa tahu ketemu gadis-gadis cantik".
Dedi: "Iyaa" (dengan nada setengah hati Dedi menyanggupi padahal dalam hati, Dedi sepakat dengan Ibu, AHAAA...GADIS CANTIK).
Dedi meminjam setelan jas Aji, sepatu Bayu, dan memakai parfum Candra. Tak lupa memakai minyak rambut dan jam tangan milik Bapak. Dedi menunggu Ibu sambil mengelap motor bebek milik Bapak di teras rumah sambil bersiul-siul. Motor Dedi kawasaki klx tentu saja tidak cocok untuk dibawa ke kondangan. Mbak Nur yang sedang mengangkati jemuran menatap Dedi sambil terheran-heran. Dedi berubah wujud.
Mbak Nur :"Kamu kesurupan apa Ded?" tanpa dosa asal nyeletuk
Dedi :"Gimana sih Mbak? Mau ketemu gadis-gadis cantik dikondanganlah".
Mbak Nur:" Kalau penampilannmu seperti itu, bisa-bisa kamu dikira mempelai prianya".
Dedi :"Nggak usah terlalu berterus terang Mbak, aku memang ganteng".
Mbak Nur :"Hoeekkk". (Seolah muntah)".
Di tempat kondangan Dedi melihat gadis-gadis cantik sepertinya teman mempelai. Pernikahannya dengan pesta berdiri. Ibu berbaur dengan orang-orang yang dikenalnya. Dedi sibuk memakan segala macam hidangan yang ada. Setelah kekenyangan, Dedi menghampiri Ibu untuk diajak pulang. Diluar gedung ternyata hujan. Banyak tamu yang sedang berdiri di teras menunggu hujan reda atau jemputan dan sebagian memakai jas hujan. Ini sesuai perkiraan Dedi karena saat berangkat langit sudah gelap karena mendung. Ibu menunggu diambilkan jas hujan oleh Dedi di teras yang penuh orang tadi. Dedi mengambil motornya lalu berjalan ke dekat teras tempat ibu menunggu. Merasa Ibu sudah ada diboncengannya, Dedi segera melaju menuju rumahnya yang berjarak 30 menit perjalanan dari lokasi resepsi. Ditambah hujan perjalanan Dedi hampir memakan waktu 1 jam.
Sesampai di garasi, Dedi berhenti dan menyuruh ibu turun.
Dedi :"Bu, sudah sampai, lekas turun sepatuku sudah basah".
Ibu :"Lho ini rumah siapa Pa?" (menahan kaget, sambil turun dari motor)
Dedi :"Ya rumah kita to Bu!"
Dedi terkaget-kaget melihat sesosok wanita paruh baya jauh lebih muda dari ibunya. Masih cocok untuk dipacari Dedi. Wanita itu berambut ikal tergerai memakai kacamata berwarna ungu. Melihat penampilannya yang modis dan dandanannya yang cantik sepertinya dia istri orang berada. Tiba-tiba telefon Dedi dan wanita itu berdering bersamaan. Rupanya Ibu Dedi dibonceng suami wanita itu. Mereka tertukar tanpa saling menyadari sudah sampai rumah masing-masing. Dedi dan suami wanita itu sudah kelelahan dan basah karena hujan. Mereka memastikan untuk saling bertukar di warung dekat jembatan tengah-tengah jarak rumah mereka.
Dedi sedikit was-was sambil menduga-menduga apa yang akan terjadi ketika mereka bertemu nanti di jembatan. Jangan sampai suaminya salah paham. Wanita ini memang cantik tetapi sesungguhnya Dedi tidak habis fikir kenapa bisa tertukar dan tidak ada unsur kesengajaan sama sekali. Setengah jam berjalan, Dedi sampai di warung dekat jembatan. Dia sudah ditunggu pria berkumis tebal dengan perawakan tinggi besar. Dedi agak gugup takut suaminya salah paham. Suami wanita itu seorang tentara. Bisa remuk wajah Dedi kalau suaminya marah. Melihat motor seperti milik suaminya berhenti di teras, wanita itu langsung naik. Selesai memakai jas hujan, Ibu juga melihat motor yang diyakininya milih Bapak dan tentu saja Ibu juga segera membonceng. Setelah sedikit penjelasan dan percakapan mereka saling berjabat tangan dan berpamitan. Untung saja wanita itu tidak memeluk tubuhnya dari belakang atau sekedar berpegangan pada pinggang Dedi.
Sampai di rumah, hujan sudah agak reda. Candra sudah pulang sedang memasak air. Candra heran melihat Dedi senyum-senyum sendiri, Air yang dimasak Candra dipakai mandi oleh Dedi. Candra kesal karena air itu akan digunakannya sendiri untuk mandi. Dedi cuma cekikikan masuk ke dalam kamar lalu tidur berharap mimpi dipeluk Dewi sang pujaan hatinya. Ibu tertangkap Candra juga sedang tersenyum.